Refleksi dan Metakognisi “Pembelajaran Berdiferensiasi” Oleh : Cucu Suryani_ CGP Kab. Bogor

Refleksi dan Metakognisi “Pembelajaran Berdiferensiasi” Oleh : Cucu Suryani_ CGP Kab. Bogor
“ Belajar Tanpa Refleksi adalah sis-sia. Refleksi tanpa belajar itu berbahaya” (Confucius)
Pendidikan yang terjadi saat ini adalah pendidikan bagi semua siswa yang mengacu pada sistem pendidikan anak normal artinya semua siswa mendapat perlakuan yang sama sehingga tujuan pembelajaran seringkali tidak tercapai karena tidak memperhatikan potensi yang dimiliki masing-masing siswa. Siswa yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal apalagi yang memiliki keterbatasan fisik seringkali tertinggal mengikuti pelajaran. Mereka seringkali mendapat perlakuan yang tidak manusiawi, mendapatkan label yang seringkali kurang mendidik seperti si bodoh, si dungu, si lemot dan lain sebagainya, sehingga mereka mengalami frustrasi, malas masuk kelas yang mengakibatkan mereka tidak naik kelas atau bahkan mereka enggan masuk sekolah. Begitu juga halnya dengan siswa yang memiliki tingkat inteligensi di atas normal, mereka mendapatkan perlakuan seperti siswa normal lainnya. Akibatnya mereka akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah potensinya.
Guru memiliki peranan penting dalam mengelola proses pembelajaran agar mencapai tujuan yang diinginkan dan mencapai kesuksesan. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salahsatu cara untuk mengakomodir beragamnya kesiapan siswa di dalam kelas sehingga ketika merancang pembelajaran. Guru akan mempertimbangkan kesiapan siswa, tidak ada siswa yang tidak mampu. Mereka hanya belum siap. Guru mempunyai tugas untuk membantu siwa membangun kesiapan tersebut.
Tomlinso mendeskripsikan ada enam kerangka kerja dalam pembelajatan diferensiasi yaitu sebagai berikut 1. Memperhatikan kesiaapan akademik siswa 2. Minat Siswa 3. Profil belajar siswa atau Gaya Belajar siswa yang harus dijadikan acuan untuk merencanakan aktivitas belajar siswa 4. Meminta para guru untuk memberikan strategi jamak atau beragam untuk mengorganisasikan dan membedakan isi (kurikulum) 5. Proses (pembelajaran) 6. Produk (penilaian) untuk mengakomodir tingkat kesiapan, perbedaan minat dan perbedaan gaya belajar siswa.
Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi sangat dibutuhkan scaffolding yaitu suatu teknik pemberian dukungan belajar secara terstuktur yang dilakukan pada tahap awal untuk mendorong siswa agar dapat belajar secara mandiri. Pemberian dukungan belajar ini tidak dilakukan secara terus menerus, tetapi seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan siswa, secara berangsur-angsur guru harus mengurangi dan melepaskan siswa untuk belajar secara mandiri. Jika siswa belum mampu mencapai kemandirian dalam belajarnya, guru kembali ke sistem dukungan untuk membantu siswa dukungan untuk membantu siswa memperoleh kemajuan mereka benar-benar mampu mencapai kemandirian. Dari apa yang sudah Anda pelajari, materi apa yang menurut Anda dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran di kelas Anda? Pembelajaran Diferensiasi dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran yang saat ini terjadi di kelas. kelas yang berdiferensiasi memberikan jalur yang berbeda bagi siswa untuk mendapatkan isi, untuk memproses informasi dan ide-ide, serta untuk mengembangkan produk/hasil belajar yang menunjukkan sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa. Dengan membuat pemetaan kebutuhan siswa pada saat merancang pembelajaran yang akan dilakukan kemudian dilanjutkan dengan proses pembelajaran yang meliputi diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Siswa melakukan aktivitas sesuai dengan kesiapan, minat dan gaya belajarnya masing-masing. Begitu pula dengan produk yang dihasilkan, siswa dapat menggunakan keterampilannya masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Apa yang menurut Anda sulit untuk diterapkan? Mengapa menurut Anda hal tersebut sulit diterapkan? Yang sulit untuk diterapkan adalah pemetaan kebutuhan belajar siswa yang harus dilakukan setiap awal pembelajaran untuk merancang pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam hal kesiapan siswa, setiap materi pembelajaran akan berbeda-beda konsepnya sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut akan berbeda pula. Selain itu, Kegiatan yang berbeda-beda setiap siswa sesuai dengan kesiapan, minat, dan gaya belajar siswa akan membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan pada saat ini terutama dalam kondisi pandemi pembelajaran masing-masing matapelajaran hanya dapat dilakukan 1 kali dalam satu pekan. Jika Anda harus menerapkan hal yang sulit tersebut, dukungan Apa yang Anda perlukan? Kemana atau bagaimana Anda akan dapat mengakses dukungan tersebut. Dukungan dari orangtua yang sangat penting dibutuhkan agar dapat membantu dalam proses pembelajaran siswa di rumah. Selain itu dibutuhkan pula kolaborasi dengan sesama guru yang mengajar siswa yang sama agar memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam pemetaan kebutuhan belajar siswa. Jika Anda menghadapi sebuah situasi, dimana kebutuhan belajar siswa Anda tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi beranikah Anda mengambil risiko untuk memodifikasi pembelajaran Anda, meskipun hal tersebut mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada? Jelaskan pendapat Anda dengan alasannya. Guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Guru menjadi fasilitator, motivator dan pelatih, sedangkan siswa menjadi peserta yang aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Sebagai seorang guru Saya berani dalam mengambil resiko untuk memodifikasi pembelajaran demi tercapainya kesuksesan siswa. Tetapi tetap berpacu aturan-aturan yang berlaku.
“ Setiap anak memiliki keunikan masing-masing”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koneksi Antar Materi "Refleksi Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara"

MENERAPKAN BUDAYA POSITIF " Membuat Kesepakatan Kelas"